DILARANG BERMESRAAN DENGAN DOSA
Dalam teks Yunani,, ungkapan yang diterjemahkan “Tetapi Aku mencela engkau” menyatakan bahwa Tuhan Yesus memiliki keberatan dan sikap berlawanan serta perasaan kecewa yang mendalam karena jemaat Tiatira “membiarkan” dosa terus terjadi dalam jemaat. Kata ‘membiarkan’ dalam menunjuk kepada sikap dari para pemimpin dan anggota jemaat Tiatira yang mentolerir dosa dan tidak adaupaya sedikitpun untuk menghambat berkembangnya dosa itu. Akibatnya tidak hera jika penyesatn dan tindakan-tindakan yang menyelewang dari kebenaran Allah begitu merajalela.
Kondisi ini membuat progesifitas pekerjaan, kasih dan pelayanan itu menjadi sia-sia. Sebab, semua itu dibarengi dengan tidak adnya sikap yang tegas terhadap dosa. Akibatnya, semua kerja keras itu tidak akan mengasilkan sesuatu yang maksimal, bahkan justru menjadi parasit bagai penyakit kanker yang membawa maut bagi umat. Sejarah Israel pada masa Imam Eli menjadi pelajaran bahwa pelayanan Imam Eli menjadi sia-sia karena membiarkan anak-anaknya terus menghujat Allah (1Sam.3:13-14). Demikian pula dengan pergaulan bangsa-bangsa Kanaan disekitar mereka yang justru membawa petaka.
Seperti petani yang membasmi hamaa dan tanaman penghambat demikian pula seharusnya sikap kita terhadap dosa. Kita tidak boleh mentolerir dosa dan membiarknnya merajalela. Ini tidak berarti kita diperbolehkan untuk bersikap arogan, bertindak sebagai polisi dan hakim untuk menindak kemaksiatan. Bahkan kita diajarkaan untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikn. Dengan demikian, sebagai gereja maka kita akan menjadi terang dan melenyapkan kegelapan. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar