harapkan

TEMA KGPM : YESUS KRISTUS DALAM KEBANGSAAN, KEBANGSAAN DALAM YESUS KRISTUS -- TEMA PGI : TUHAN MENGANGKAT KITA DARI SAMUDERA RAYA -- HARAPKAN YANG TERBAIK DARI TUHAN DAN LAKUKAN YANG TERBAIK DARI TUHAN -- BY CHRIST FOR CHRIST

Galery of Mesias

Kgpm_Mesias_Ranomut's  album on Photobucket

Selasa, 10 Januari 2012

MEMBERI SECARA KRISTIANI - 2 Korintus 9:6-15



Tampaknya memberi adalah mudah. Mulai dari memberi permen sampai memberi cinta, pokoknya asal kita mempunyai kita bisa memberi. Betulkah demikian? Sebetulnya memberi adalah sulit, sebab perbuatan memberi mudah bergeser hakikatnya menjadi perbuatan lain. Misalnya, saya memberi anak anjing mungil kepada tetangga. Perbuatan itu adalah baik. Tetapi motivasi apa pemberian itu? Apakah motivasi itu lurus? Belum tentu. Bisa jadi saya memberi karena saya tidak menghendaki anak anjing itu. Ada enam ekor anak anjing yang lahir sekaligus, saya tidak sanggup memelihara begitu banyak. Saya kewalahan. Karena itu saya memberikannya. Jadi disini, memberi telah bergeser menjadi “membuang” (to get ride of). Motivasinya adalah “karena kita mempunyai kelebihan” atau “karena kita tidak  memerlukannya lagi”. Memberi dapat juga berubah menjadi “mengikat”. Jika kita memberi “pigura” kepada tetangga dengan peran agar dipasang diruang tamu, maka pemberian itu mengikat dia. Belum tentu ia senang memasang pigura itu, apalagi di ruang tamu. Jika kita memberi dengan tulus, kita harus ikhlas apapun juga yang akan diperbuatnya dengan pigura itu. Memberi bisa juga merasa menjadi “menyuap”. Jika kita memberi dengan tekanan agar itu berbuat sesuatu untuk kita, pemberian itu sudah menjadi suapan. Tanpa sadar, mungkin kita berbuat yang sama kepada Tuhan. Jika kita memberi persembahan dengan doa yang mendesak agar Tuhan berbuat sesuatu untuk kita. Jika kita memberi persembahan lebih banyak dengan perhitungan supaya kita sembuh dari sakit, berkelimpahan harta, sukses, bukankah persembahan itu telah merosot bagi upaya menyuap Tuhan? Memberi dapat pula merosot menjadi “membayar”. Tiap bulan kita melunasi iuran dan rekening listrik. Itu bukan memberi, didalamnya ada unsur keharusan dan peraturan. Persembahan kita kepada Tuhan pun bisa merosot artinya jika dipandang sebagai suatu keharusan, kewajiban dan peraturan.
Paulus menulis dalam 2 korintus 9:7; “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan ….” Kata paksaan di ayat ini adalah terjemahan dari kata Yunani “ANAGKES” yang berarti keharusan atau peraturan.
Korintus, adalah kota besar, titik temu jalan perdagangan darat utara selatan di propinsi Akhaya. Lagipula Korintus adalah kota pelabuhan. Penduduknya makmur.  Di Korintus hanya ada 200 ribu penduduk, tetapi disitu ada 600 ribu tenaga pelayan. Bandingkan rasionya, yaitu 1:3. Untuk satu orang tersedia tiga pelayan. Orang Korintus memang makmur, mereka kurang suka memberi bantuan kepada Gereja di Yerusalem. Mereka kurang perhatian tentang gereja lain. Gereja Korintus hanya sibuk dengan urusan diri sendiri. Yang mereka sibuki adalah persoalan rebutan kedudukan pemimpin, apa dari golongan Paulus, atau golongan Apolis atau golongan Kefas. Yang juga mereka sibuki adalah persoalan makanan sembahyang persoalan tutup kepala perempuan dalam Ibadah, persoalan bahasa lidah, dsb. Singkatnya yang mereka sibuki hanyalah urusan internal. Kalau urusan “memberi”, yang menyokong gereja lain, memang berbicara tentang uang, tapi jauh dari itu disini Paulus sedang mendidik dan mengubah gaya hidup orang Korintus, agar mereka “…. kaya dalam pelayanan kasih” (8:7). Sudah sekian lama gereja Korintus memberi bantuan kepada jemaat / gereja di Yerusalem, tapi upaya ini tidak dirampungkan (Band. 8:10-11). Karena itu pula Paulus memberi pengandaian sekaligus penekanan lewat kalimat : “Orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga”. Bahwa apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituai (Bnd. Amsal 11:24-29; 19:17), bukan cuma persoalan menabyr dan menuai secara materi/jasmaniah, tapi termasuk juga tuaian rohani (Gal. 6:7-10). Disini mengingatkan tentang adanya akibat-akibat yang ditentukan oleh Allah bagi apa yang diperbuat umatNya. Apa yang dilakukan oleh seseorang pasti akan ada akibatnya. Dengan demikian setiap orang sepatutnya tetap mengawasi, mengontrol tingkah laku dan perbuatan diri sendiri. Mawas diri dan mewaspadai setiap apa yang diperbuat (yang ditabur). Termasuk dalam praktek “memberi”. Selanjutnya Paulus menegaskan untuk “memberi dengan sukacita, bukan karena paksaan, bukan karena sebuah keharusan atau karena sebuah peraturan. Sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita serta mencukupkan, menyediakan, dan melipatgandakan apa yang perlu baik materi maupun rohani dalam pelbagai kebajikan (Band. Filipi 4:19). Memberi adalah wujud pelayanan Kasih dan itu bukan hanya mencukupi keperluan jasmani orang lain. Tapi juga sebagai wujud syukur kepada Allah yang adalah karunia ilahi yang mengilhami segala perbuatan. Dengan memberi orang lain pun akan merasa terberkati, dan dengan perbuatan “memberi dengan sukacita”. Maka orang lain pun akan semakin kiat dalam keyakinan-keyakinan pengakuan percaya kepada Yesus Kristus. Ini berarti bahwa perbuatan “memberi” kita menjadi kesaksian yang hidup  bagi orang lain. (Band. 9:13)     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar