Akhir – akhirnya, malah Tuhan yang salah. Ini terjadi juga, pada saat Yesus mengajak murid – muridNya merayakan Perjamuan Malam yang terakhir. Besoknya Yesus tahu, Ia akan mati.
Sebelum makan malam dimulai, Yesus berkata, ”seorang diantara kamu akan menyerahkan Aku”. Mereka kaget dan sedih. Pada ayat 22 kita membaca, para murid bukan melakukan introspeksi diri: ”apa saya Tuhan?” tapi membentengi diri masing – masing : ”Bukan aku, ya Tuhan?” Bahjan Yudas sendiri, pada ayat 25, ia berkata :”Bukan aku ya Rabi?” _ Padahal pada waktu itu ia sudah menerima uang untuk menyerahkan Yesus.
Bukan aku ya Tuhan! Bukan saya ya Tuhan! Saudara – saudara kita yang beragama lain sering berkata, ”Menjadi orang Kristen itu, enak sekali!” Buat dosa, minta ampun, beres. Gampang !
Apa betul, pengampunan dosa itu gampang sekali ? Salah sekali ! Pengampunan dosa itu, sulit sekali. Baik bagi Tuhan maupun bagi manusia. Sama sekali tidak mudah!
Dari sudut Tuhan, mengampuni dosa manusia itu berat, mahal dan sulit ! Sebab untuk itu Tuhan harus membayar dengan jiwa AnakNya sendiri ! Untuk itu, Yesus ”yang tidak berdosa harus dijadikan dosa ganti kita!” Memikul salib dan mati di golgota ! Sebab itu jangan pernah kita mengatakan, pengampunan dosa itu enteng, murah dan mudah !
Dari sudut manusia, pengampunan dosa itu lebih sulit lagi karena ! Karena secara naluriah dan alamiah manusia itu punya sifat dasar, ”Bukan aku ya Tuhan”. Padahal satu syarat mutlak untuk menerima pengangampunan dosa adalah, bila manusia dengan sepenuh hatinya dapat mengatakan, ”saya Tuhan”.
Dosa kita baru dapat diampuni, kalau kita dengan sepenuh hati dapat mengatakan : ”saya berdosa, Tuhan”, Saya yang bersalah!”. Selama kita masih mengatakan, ”Bukan sya Tuhan”, selama kita masih berusaha membela diri, menyangkal, menyembunyikan diri, pintu pengampunan akan tetap tertutup. Bahkan bukan itu saja, dosa yang coba ditutupi itu justru akan melahirkan dosa yang lain. Biasanya malah dosa yang lebih besar. Mengapa ? Oleh karena dosa hanya dapat ditutupi dengan dosa ! Orang melakukan kesalahan, untuk menutupinya, ia mesti berbohong. Dosa lain lahir lagi. Ternyata bohong saja tidak cukup, karena ada orang lain yang melihat kita melakukan kesalahan, lalu kita bujuk atau suap orang itu, supaya jangan buka mulut. Dosa lain lagi, kemudian setelah disuap, ternyata tidak diam juga, terpaksa orang itu kita bunuh. Sekarang kita harus menutupi bukti bahwa kita membunuh. Bagaimana caranya? Bikin dosa lagi. Begitu seterusnya, kalau yang kita katakan adalah bukan aku , ya Tuhan! Satu – satunya jalan bagi pengampunan dosa adalah kita mengakuinya, dengan tulus. Datang kepada Tuhan dengan sikap pasrah, siap menerima hukuman apa saja dari Tuhan, karena memang pantas dihukum. Ini penting (Band. Lukas 15 : 18,19). Ini yang akan membuka pintu pengampunan. Dan marilah kita bertekad untuk hidup baru, berubah, dan tidak mengulangi kesalahan yang lama, untuk hidup lebih baik dan semakin baik. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar